Dahulu, Singapura merupakan negara kecil dengan sumber daya alam dan manusia yang sangat terbatas. Namun, sekarang Singapura menjadi pusat keuangan terdepan ketiga di dunia dan mempunyai peran penting dalam perdagangan dunia. Hal tersebut didorong oleh faktor majunya kualitas sumber daya manusia yang diawali dengan diprioritaskannya pendidikan pada awal perkembangan negara tersebut, sehingga tercipta masyarakat handal yang berkontribusi dalam pembangunan dan kemajuan bangsa. Hasilnya, Singapura menjadi salah satu negara maju yang paling bersih, aman, dan nyaman di dunia, serta memiliki sistem pendidikan yang paling modern dan inovatif di Asia. Hal tersebut merupakan sebagian dari isi pemaparan materi webinar internasional bertema “Menembus Perkuliahan di Singapura” yang disampaikan oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan Singapura, Ibu Veronica Enda Wulandari.
Acara yang diselenggarakan oleh Sekolah Indonesia Bangkok (SIB) bekerja sama dengan Sekolah Indonesia Yangon (SIY) ini berlangsung pada hari Sabtu, 26 September 2020 melalui Zoom meeting, dihadiri oleh kepala sekolah, guru, beserta siswa SIB dan SIY. Ibu Enda memberikan penjelasan gamblang tentang universitas-universitas unggulan di Singapura, persyaratan apa saja yang harus dipenuhi, biaya pendidikan dan living cost, serta lembaga-lembaga yang menyediakan beasiswa.
Webinar ini dibuka oleh Prof. Mustari yang merupakan Atase Pendidikan dan Kebudayaan Bangkok. Beliau memotivasi para siswa untuk merencanakan pendidikan mereka di masa depan, dan mempersiapkannya sedini mungkin untuk memudahkan langkah menuju universitas favorit masing-masing. Salah satu destinasi pendidikan unggulan adalah di Singapura, selain sistem pendidikannya yang maju, negara ini juga dekat dengan Indonesia. Lulusan universitas di Singapura ini juga high on demand di dunia kerja karena terkenal dengan kemampuan akademik dan skill yang bagus, serta memiliki jiwa disiplin yang tinggi. Antusiasme peserta terlihat saat sesi tanya jawab dimulai, beberapa siswa dan guru mengajukan pertanyaan. Petrian, siswa kelas 12 SIB bertanya mengenai kemungkinan kuliah dengan mengambil part time job. “Bisa dilakukan, tetapi harus berhati-hati karena mahasiswa itu menggunakan student pass, dan carilah part time job yang legal dan tidak menyita terlalu banyak waktu karena fokus kalian di sini adalah belajar, bukan bekerja.” Jelas Bu Enda. Salah seorang guru SIB, Pak Didid Janu Dwiana, juga turut memberikan pertanyaan mengenai kendala apa saja yang dihadapi anak saat belajar di Singapura. “Masalah yang paling sering dialami adalah tentang kedisiplinan. Kebiasaan untuk bisa selalu tepat waktu itu jarang dimiliki oleh orang Indonesia. Waktu sangatlah berharga di sini. Bahkan alat transportasi umum di Singapura juga sangat on time sesuai jadwal, bahkan perkiraan waktunya sangat akurat.
Karena itu, kuliah dan hidup di sini lama-kelamaan akan membentuk kebiasaan kita menjadi individu yang disiplin dan menghargai waktu.”
Pada akhir acara, para partisipan yang aktif bertanya mendapatkan souvenir dari panitia, yakni berupa tumbler SIB. Tentu saja hal itu menambah semangat para peserta. Kesuksesan kolaborasi dua sekolah ini, terselenggara berkat dukungan penuh dari kepala sekolah SIB dan SIY, Bapak Susianto dan Cucu Junaedi, serta Prof. Mustari selaku Atdikbud KBRI Bangkok dan Yangon. (Ida Safitri)